KALENDER HIJRIAH

Siapa Cemerlang Pada Permulaan, Cemerlang Pula Pada Kesudahan (Ibn 'Athaillah, Al-Hikam)

Jumat, 04 Agustus 2017

Resume_Tafsir Tematik_Minggu ke-3_Hendy



Tanggal Penyerahan Resume    : 5 Agustus 2017
Nama                                      : Hendi Rizaldi
Utusan                                     : PP Nurul Al-Bab Cisarua
Mata Kuliah                             : Tafsir Tematik
Dosen                                      : KH. Rosyadi
Jenis Tugas                               : Resume
Tanggal Materi                         : 29 Juli 2017

·                        Tafsir Tahlili merupakan metode tafsir ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut, Selain itu, ada juga yang menyebutkan  tafsir tahlili adalah tafsir yng mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dari segala segi dan maknanya. Seorang pengkaji dengan metode ini menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushhaf Utsmany.
بسم الله الرحمن الرحيم
·         الم (1) ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (6) خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (7) وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9) فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10)
·         Tafsir metode tahlili surat Al-Baqarah ayat 1-10 :

ü  Ayat (1) : Alif laam miim, Ayat ini terdiri dari tiga huruf, yaitu alif, lam, dan mim yang dibaca secara terpisah meski tertulis dalam bentuk satu kata. Ayat yang terletak di awal surah seperti ini disebut pula dengan huruf at-tahajji (huruf abjad). Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang ayat-ayat seperti ini. Menurut as-Suyuthi, pendapat yang tepat adalah bahwa ia termasuk ayat mutasyabih (samar) yang mengandung rahasia Allah yang hanya diketahui oleh-Nya.
ü  Ayat (2) : Dalam at-Tafsir al-Muyassar, ayat di atas ditafsirkan bahwa inilah Alquran yang merupakan kitab yang agung. Tak ada keraguan bahwa ia berasal dari Allah. Tak satu pun dari orang bertakwa yang boleh meragukan penjelasannya. Orang-orang yang bertakwa bisa mengambil manfaat darinya, baik berupa ilmu yang bermanfaat dan amal saleh. Mereka itulah orang-orang yang merasa takut kepada Allah dan rela mengikuti hukum-hukum-Nya.
ü  Ayat (3) : Ayat ini merupakan penjelasan dari ayat sebelumnya tentang siapa yang dimaksud dengan orang yang bertakwa. Ayat ini lantas menjelaskan bahwa orang-orang yang bertakwa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) beriman kepada yang gaib; 2) mendirikan shalat; dan 3) dan menyumbangkan sebagian rezekinya kepada orang-orang yang berhak.
ü  Ayat (4) : Setelah ayat sebelumnya menyebutkan tiga ciri orang yang bertakwa, ayat ini menyebutkan dua ciri berikutnya, yaitu (4) meyakini Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, seperti Taurat, Injil, dan semua kitab lainnya; (5) dan meyakini kehidupan akhirat yang mengakhiri kehidupan dunia atau mengakhiri penciptaan.
ü  Ayat (5) : Ayat-ayat sebelumnya telah menyebutkan lima ciri-ciri orang bertakwa. Selanjutnya pada ayat ini, orang-orang yang bertakwa disebut sebagai orang-orang yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan sebagai orang-orang yang beruntung. Dengan kata lain, ayat ini merupakan penegasan tentang ganjaran yang akan diperoleh orang-orang bertakwa, yaitu petunjuk dari Allah dan keberuntungan.
ü   Ayat (6) : Setelah diuraikan tentang golongan orang beriman, ayat ini menyebutkan golongan orang kafir. Sekilas ayat di atas menunjukkan bahwa seolah tidak ada gunanya berdakwah terhadap orang-orang kafir. Toh, hasilnya tetap sama saja. Diberi dakwah atau tidak, mereka tetap tidak beriman. Namun, sebenarnya hal itu karena kekafiran yang begitu mendalamlah sehingga membuat mereka tidak jua sudi beriman. Di samping itu, Allah memang memberikan hidayah kepadanya.
ü  Ayat (7) : Ayat ini merupakan penjelasan lanjutan mengapa orang-orang kafir sama hasilnya: diberi peringatan atau tidak, mereka tetap tak jua beriman. Hal itu karena kekafiran mereka sudah betul-betul kuat dan kokoh. Saking kuat dan kokohnya sehingga seolah Allah menutup hati mereka. Karena itulah, hidayah pun tak jua sampai ke dalam hati sanubari mereka. Allah seolah meletakkan suatu penutup di pendengaran mereka sehingga tidak bisa mendengar ayat-ayat Allah, serta janji dan ancaman-Nya. Petunjuk-petunjuk kebenaran tidak berpengaruh ke dalam hati mereka.
ü  Ayat (8) : Setelah sebelumnya disebutkan penjelasan tentang golongan beriman dan kafir, ayat ini menyebutkan tentang golongan ketiga manusia, yaitu golongan orang munafik. Hal itu selaras dengan penjelasan Imam al-Khazin, bahwa ayat ini memang diturunkan untuk orang-orang munafik, seperti Abdullah bin Ubay bin Salul, Ma’tab bin Qusyair, Jad bin Qais, dan lain-lain. Secara verbal, mereka menyatakan keislaman mereka agar mereka selamat dari Nabi Muhammad dan para sahabat. Namun sebenarnya mereka merahasiakan kekafiran mereka. Kebanyakan mereka berasal dari kalangan Yahudi. Sifat orang munafik bisa dikenali dari sikap mereka yang tidak konsisten. Mereka menyatakan Islam, namun hati mereka mengingkari Islam. Pagi hari mereka menyatakan suatu sikap tertentu, tapi di sore hari mereka menyatakan sikap yang berbeda.
ü  Ayat (9) : Ayat ini merupakan lanjutan penjelasan tentang jati diri orang-orang munafik. Ungkapan “mereka hendak menipu Allah” tentu saja bukan makna yang sebenarnya, karena Allah pasti Maha Mengetahui dan Kuasa. Allah tidak akan bisa ditipu oleh siapapun. Di dalam tafsir al-Qurthubi, ungkapan tersebut ditafsirkan, bahwa “mereka menipu Allah menurut pandangan atau dugaan mereka saja.” Karena itulah, ungkapan tersebut dilanjutkan dengan ungkapan berikutnya: “mereka hanyalah menipu diri sendiri.”
ü  Ayat (10) : Ayat ini menjelaskan penyebab orang-orang termasuk golongan munafik. Hal itu karena di dalam hati mereka terdapat penyakit, syak wasangka dan iri hati. Sakit terbagi dua macam, sakit fisik dan sakit psikis. Secara denotatif (hakiki), sakit fisik terdapat di anggota badan yang mengakibatkan seseorang tidak mampu melakukan berbagai perbuatan sebagaimana biasanya. Sedangkan secara konotatif (majazi), sakit psikis terdapat di dalam hati seseorang sehingga mengurangi kesempurnaan perbuatannya, seperti kebodohan, jeleknya akidah, dengki, pemarah, suka maksiat, dan lain-lain. Penyakit-penyakit hati ini bisa mencegah seseorang untuk bisa meraih keutamaan hidup, atau menghalanginya dalam mencapai kehidupan hakiki yang abadi. Ayat di atas mengandung pengertian sakit, baik secara fisik maupun psikis sekaligus. Namun mayoritas ulama menafsirkannya sebagai sakit secara psikis.

·                                          Syarat-syarat seseorang diperbolehkan dalam mentafsirkan Al-Qur’an, yaitu harus menguasai :

1)      Ilmu lughoh
2)      Nahwu
3)      Tashrif
4)      Isytiqoq
5)      Ma’ani
6)      Bayan
7)      Badi’
8)      Ilmu Qiroat
9)      Ushuluddin
10)   Ushul Fiqih
11)   Asbabun Nuzul dan Kisah-kisah
12)   Nasikh Mansukh
13)   Fiqih
14)   Hadits-hadits Mubayyan
15)   Ilmu Mauhibah (pemberian dari Allah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar