إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Hadits ini diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681
KALENDER HIJRIAH
Jumat, 29 September 2017
Refleksi_Minggu ke-11_Elan JS
Tanggal Penyerahan Resume : 30 September 2017
Nama : Elan Jaelani Sidiq, S.Pd.I
Utusan :
MUI Kec. Tajur Halang
Kelompok :
3 (Tiga)
Jenis Tugas :
Refleksi Minggu ke-11

Pentingnya Mendidik Anak
Anak adalah karunia Allah Yang Maha Kuasa yang harus disyukuri. Ia
merupakan penerus garis keturunan yang dapat melestarikan pahala bagi orang tua
sekalipun orang tuanya telah meninggal dunia. Ia adalah amanah Allah yang wajib
ditangani secara benar. Konsekuensi dari amanah orang tua dituntut untuk
memberikan perhatian dan mencurahkan kasih sayangnya kepada sang buah hati
dengan penuh kesungguhan, baik yang berupa material ataupun immaterial. Semua
anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Anak akan tumbuh dan
berkembang dengan baik jika orang
tuanya memberikan perhatian yang positif dan sebaliknya anak yang tidak diberikan
perhatian akan tumbuh dan berkembang tidak baik.
Anak-anak hari ini adalah
orang dewasa di masa yang akan datang. Mereka akan mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab yang cukup besar sebagaimana layaknya dalam kehidupan
orang-orang dewasa pada umumnya. Bagaimana keadaan orang dewasa pada umumnya tergantung kepada sikap dan
penerimaan serta perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya pada saat sekarang,
oleh karena itu, merupakan
bahan kesadaran yang cukup baik pada sementara orang dewasa untuk memperhatikan
apa yang mereka berikan kepada anak-anaknya. Sesuatu yang diberikan kepada anak
tentu akan memberikan hasil yang cukup menggembirakan jika permasalahan
hubungan dan cara serta perasaan tanggung jawabnya tidak diabaikan dalam
keadaan (kegiatan) tersebut. Dalam persepektif hadits setiap anak yang terlahir kedunia adalah dalam keadaan suci, sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
حَدَّثَنَا آدَمُ
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ :قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ
مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ
يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ
هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu
Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari Abu Hurairah
radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda:
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang
tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi
sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna.
Apakah kalian melihat ada cacat padanya?
Berdasarkan hadits
tersebut, dijelaskan bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah, adapun baik buruknya perilaku seorang anak
tergantung bagaimana orang tua mendidiknya. Karena pada periode-periode awal
kehidupannya anak akan menerima arahan dari orang tuanya, maka tanggung jawab
untuk mengarahkan pada kebaikan ada pada pundak orang tua. Sebab
periode-periode awal dari kehidupan anak merupakan periode yang paling penting.
Di dalam diri seorang
anak melekat harkat, martabat, dan hak-hak
sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak anak yang paling mendasar
adalah hak untuk hidup. Adapun hak anak secara universal telah ditetapkan
melalui Sidang umum PBB pada tanggal 20 Nopember 1959, dengan memproklamasikan
Deklarasi Hak-hak Anak. Dengan deklarasi tersebut, diharapkan semua pihak baik
individu, orang tua, organsasi
sosial, pemerintah, dan masyarakat
mengakui hak-hak anak tersebut dan mendorong semua upaya untuk memenuhinya. Semoga kita
sebagai orang tua mampu mendidik anak-anak kita menjadi anak-anak yang shalih
dan shalihah, yang menjadi penyebuk mata dan mengirimkan do’a di saat kita
sudah tiada. Aamiin.
Studium General Minggu ke-11_Elan JS
Tanggal Penyerahan Resume : 30 September 2017
Nama : Elan Jaelani Sidiq, S.Pd.I
Utusan :
MUI Kec. Tajur Halang
Kelompok :
3 (Tiga)
Mata Kuliah :
Stadium General
Dosen :
Prof. Dr. KH. Didin Hafidudin, M.Sc
Jenis Tugas :
Resume

PERAN ULAMA DALAM MENJAGA KEUTUHAN NKRI
Pengertian Ulama :
Ulama adalah
seseorang atau sekelompok orang 'Alim yang memiliki ilmu pengetahuan Agama
Islam yang mendalam (mutafiqqih fid dien) tempat bertanya umat tentang
berbagai persoalan agama dan kehidupan.
QS. At-Taubah [9] ayat 122, QS. At-Taubah [9]: 122, QS. Fathir [35]: 28
Diantara Tugas Ulama :
Melaksanakan tugas amar makruf nahyi munkar. Mengajak,
mempelopori dan memberi contoh hidup
yang baik yang sejalan dengan ketentuan
agama pada segenap masyarakat termasuk
mengajak umat dan bangsa untuk selalu mencintai dan membangun Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Ulama-ulama yang berjasa terhadap NKRI:
Jenderal
Soedirman, KH. Ahmad Sanusi, Ki Bagus Hadi Kusumo, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, Haji
Agus Salim, KH. Soleh Iskandar, KH. Nur Alie Bekasi, KH. Khoer Affandy
Tasikmalaya, dan KH. Zainul
Mustofa, KH. Masykur, Buya Hamka, Moh.
Natsir, Prof. Dr. Kasman Singodimejo, Mr. Moch. Roem, KH. Hasan Bangil, Mr. Syafruddin Prawiranegara,
Bung Tomo, dll.
Peran Ulama mempertahankan dan membangun NKRI dari hal-hal yang
merusaknya diantaranya:
1.
Sekularisme
yaitu paham yang memisahkan agama dengan kehidupan. (QS. Al-Baqarah
[2]: 201).
2.
Pluralisme yaitu paham yang menyamakan semua perbedaan itu tidak ada,
termasuk tidak ada perbedaan kebenaran agama, yang ada justru persamaan semua
agama. (Ali Imran [3]: 19)
3.
Liberalisme yaitu mendahulukan akal ketimbang wahyu. Artinya wahyu Allah SWT
(Al-Qur’an) akan bisa dijadikan sebagai pegangan manakala tidak bertentangan
dengan akal. (QS. Ar-Rahman [55] ayat 1 sd 4).
4.
Radikalisme
agama yaitu paham yang hanya melihat
sebagian saja dari isi kitab suci seperti perintah memerangi orang kafir sambil
mengabaikan ayat yang lain, yang memerintahkan umat Islam untuk berkasih sayang
dengan sesama umat manusia, walaupun berbeda agama.
5.
Komunisme
(PKI) adalah ajaran kemasyarakatan
(komunal) yang berlandaskan pada
ateisme/anti tuhan (dalam pengakuannya). Ajaran ini sangat membahayakan umat
beragama, terutama umat Islam. PKI melakukan pemberontakan tahun 1948 dan 1965.
6.
Paham-paham
keagamaan yang sangat membahayakan NKRI dan ahli sunnah wal jamaah (ASWAJA),
seperti Syi’ah yang selalu berorientasi pada kekuasaan, seperti terjadi di
berbagai Negara.
(QS. An-Nisa [4] ayat 59)
Resume tawawuf_Minggu ke-11_Elan JS
Tanggal Penyerahan Resume : 30 September 2017
Nama : Elan Jaelani Sidiq, S.Pd.I
Utusan :
MUI Kec. Tajur Halang
Kelompok :
3 (Tiga)
Mata Kuliah :
Tasawuf
Dosen :
Drs. KH. Husnuddin
Jenis Tugas :
Resume

Tasawuf
(Kitab
al-Hikam)
Ridho dengan
Nafsu adalah pangkal kemaksiatan
أَصْلُ كلُّ مَعصِيَّةٍوَغَفلةٍ
وَشَهْوَةٍ الرِّضاَ عَنِ النفْسِ، واصْلُ كُلِّ طَاعةٍ وَيَقَظَةٍ وَعفَةٍ عَدَمُ
الرِّضاَ مِنْكَ عَنْهاَ
Artinya:
Pokok /sumber dari semua maksiat, kelalaian dan syahwat itu, karena ingin
memuaskan (ridho dengan)hawa nafsu. Sedangkan pokok/sumber segala ketaatan, kesadaran
dan moral [budi pekerti], ialah karena adanya pengendalian terhadap hawa nafsu."
ولاَنْ تصْحبَ جاهِلاً لاَيَرْضىَ عَن
نَفسِهِ خيرٌ لكَ مِن اَن تصْحَبَ عَالِماً يَرْضىَ عَنْ
نَفسِهِ فَاَيُّ عِلمٍ لعاَلِمٍ يَرْضىَ عن نفسهِ وَايُّ
جَهْلٍ لِجاَهِلٍ لا يَرضىَ عن نفسهِ
Artinya:
"Dan sekiranya engkau bersahabat dengan orang bodoh yang tidak menurutkan
hawa nafsunya, itu lebih baik dari pada bersahabat dengan orang berilmu [orang alim] yang
selalu menurutkan hawa nafsunya. Maka ilmu apakah yang dapat diberikan bagi seorang alim
yang selalu menurutkan
hawa nafsunya itu, sebaliknya kebodohan apakah yang dapat disebutkan bagi seorang yang sudah dapat
menahan hawa nafsunya."
Jangan
Mengadu Kepada Selain Allah
لاَ تـَرْفَعَنَّ اِلىَ غيرِهِ حاَجَةً
هُوَ مُورِدُهاَ عَليْكَ فكَيْفَ يَرْفَعُ غيرَهُ
ماكانَ هُوَ لهُ واضِعاً مَنْ لاَيَسْتَطِيعُ ان يَرْفَعَ حاَجةً عن
نَفْسِهِ فَكيْفَ يَسْتَطِيعُ اَنْ يَكونَ لهاَ عَن غيرِهِ راَفِعاً
Artinya:
“Jangan mengadu dan meminta sesuatu kebutuhan/hajat selain kepada Allah, sebab
Ia sendiri yang memberi dan menurunkan kebutuhan itu kepadamu. Maka bagaimanakah sesuatu selain
Allah akan dapat menyingkirkan
sesuatu yang diletakkan oleh Allah. Barangsiapa yang tidak dapat menyingkirkan bencana yang menimpa
dirinya sendiri, maka bagaimanakah
ia akan dapat menyingkirkan bencana yang ada pada orang lain."
Aneh & Ajaib
الْعَجَبُ كُلُّ العًَجَبِ مِمّاَ لاَ
انْفِكاَكَ لهُ عَنْهُ وَيَطلُبُ ما لاَ بَقاَءَ لهُ مَعَهُ
فاِنـّهَاَ لاَ تَعْمَى الاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعمىَ الْقُلوْبُ الَّتىِ
فِى الصُّدُورِ
Artinya:
"Keanehan yang sangat mengherankan [ajaib] terhadap
orang yang lari dari Allah yang sangat dibutuhkan, dan tidak dapat
lepas dari padanya. dan berusaha mencari apa yang tidak akan kekal
padanya. Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta, tetapi yang buta ialah mata
hati yang di dalam dada."
Husnudhon
Terhadap Allah
اِن لَمْ تُحْسِنْ ظَنـَّكَ بِهِ
لاَجْلِ حُسنِ وَصْفِهِ فَحَسِّنْ ظَنـَّكَ بهِ لِوُجوُدِ
مُعَامَلتِهِ مَعَكَ فَهَلْ عَوَّدَكَ الاَّ حَسَناً اَسدىَ اِليكَ الاَّ
مَنَناً
Artinya:
“Jika engkau tidak bisa berbaik sangka [husnud-dhon] terhadap Allah
Ta'ala karena sifat-sifat Allah yang baik itu, berbaik sangkalah kepada Allah karena karunia
pemberian-Nya kepadamu. Tidakkah selalu ia memberi nikmat dan karunia-Nya kepadamu?"
رُبَّمَا
كُنْتَ مُسِيـْءـاً فأراكَ الاِحْساَنَ مِنْكَ صُحْبَتَكَ كمن هُوَ اَسْوَءُ
حالاًمِنْكَ
Artinya:
"Terkadang engkau berbuat kekeliruan
[dosa], maka ditampakkan kepadamu sebagai kebaikan, oleh karena persahabatanmu
kepada orang yang jauh lebih rendah akhlaknya [Iman] dari padamu."
Kedudukan Amal,
Ahwal Dan Maqom Inzal
حُسْنُ
الاَعماَلِ نَتَاءِجُ حُسْنِ الاَحوالِ وَحُسنُ الاَحوَالِ منَ التـَّحَققِ
فىِ مقاَماَتِ الاِنْزالِ
Artinya:
“Baiknya amal perbuatan itu, sebagai hasil dari baiknya Ahwal, dan baiknya
Ahwal itu sebagai hasil dari kesungguhan istiqamah pada maqom inzaal( apa yang diperintah
oleh Allah."
Jangan
Meninggalkan Dzikir
لاَتتـْرُكِ الذِكْرَ لِعَدَمِ
حُضوُرِكَ مَعَ اللهِ فيهِ لاَنَّ غفلَتَكَ عن وُجُودِ ذِكرِهِ
أَشَدُّ من غَفلَتِكَ فى وُجوُدِ ذِكرِهِ فعَساَهُ أَنْ يَرْفَعَكَ من
ذِكرٍ مع وجودِغَفلَةٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ يَقظةٍ ، ومن ذكرٍ معَ وُجودِ
يَقظةٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ حُضوُرٍ، ومن ذكرٍ معَ وُجودِ حُضوُرٍ إلى ذِكرٍ
معَ وُجودِ غـَيْبَةٍ عمَّا سِوىَ المَذكـُورِ وَماَ ذٰلكَ على اللهِ
بِعَزِيزِ
Artinya:
“Jangan meninggalkan dzikir, karena engkau belum bisa selalu ingat kepada Allah
di waktu berdzikir, sebab kelalaianmu terhadap Allah ketika tidak berdzikir itu lebih
berbahaya dari pada kelalaianmu terhadap Allah ketika kamu berdzikir." Semoga Allah
menaikkan derajatmu dari
dzikir dengan kelalaian, kepada dzikir yang disertai ingat terhadap Allah, kemudian naik
pula dari dzikir dengan kesadaran ingat, kepada dzikir yang disertai rasa hadir, dan dari
dzikir yang disertai rasa
hadir kepada dzikir hingga lupa terhadap segala sesuatu selain Allah. Dan yang
demikian itu bagi Allah tidak berat (tidak sulit)
Resume Hadits Tematik_Elan JS
Tanggal Penyerahan Resume : 30 September 2017
Nama : Elan Jaelani Sidiq, S.Pd.I
Utusan :
MUI Kec. Tajur Halang
Kelompok :
3 (Tiga)
Mata Kuliah :
Hadits Tematik
Dosen :
KH. A. Sanusi Azhari
Jenis Tugas :
Resume

عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ
الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا قَوْمًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوا
إِلَى حَاجَتِكُمْ قَالَ فَيَحُفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ
الدُّنْيَا قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ مَا يَقُولُ
عِبَادِي قَالُوا يَقُولُونَ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ
وَيُمَجِّدُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ هَلْ رَأَوْنِي قَالَ فَيَقُولُونَ لَا
وَاللَّهِ مَا رَأَوْكَ قَالَ فَيَقُولُ وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي قَالَ يَقُولُونَ
لَوْ رَأَوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيدًا
وَتَحْمِيدًا وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحًا قَالَ يَقُولُ فَمَا يَسْأَلُونِي قَالَ
يَسْأَلُونَكَ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ
يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا قَالَ
يَقُولُونَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا وَأَشَدَّ
لَهَا طَلَبًا وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً قَالَ فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ قَالَ
يَقُولُونَ مِنَ النَّارِ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا
وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا قَالَ
يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا وَأَشَدَّ لَهَا
مَخَافَةً قَالَ فَيَقُولُ فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ قَالَ
يَقُولُ مَلَكٌ مِنَ الْمَلَائِكَةِ فِيهِمْ فُلَانٌ لَيْسَ مِنْهُمْ إِنَّمَا
جَاءَ لِحَاجَةٍ قَالَ هُمُ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ
Artinya:
“Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki
malaikat-malaikat yang berkelana di jalan-jalan mencari Ahli Dzikir. Jika
mereka telah mendapatkan sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah, mereka
duduk bersama dengan orang-orang yang berdzikir. Mereka saling mengajak:
‘Kemarilah kepada hajat kamu’. Maka para malaikat mengelilingi orang-orang yang
berdzikir dengan sayap mereka sehingga langit dunia. Kemudian Allah Azza wa
Jalla bertanya kepada mereka, sedangkan Dia lebih mengetahui daripada mereka,
’Apa yang diucapkan oleh hamba-hambaKu?’ Para malaikat menjawab, ’Mereka
mensucikan-Mu (mengucapkan tasbih: Subhanallah), mereka membesarkanMu
(mengucapkan takbir: Allah Akbar), mereka memujiMu (mengucapkan Alhamdulillah),
mereka mengagungkan-Mu’. Allah bertanya, ’Apakah mereka melihatKu?’ Mereka
menjawab,’Tidak, demi Alah, mereka tidak melihatMu’. Allah berkata,’Bagaimana
seandainya mereka melihatKu?’ Mereka menjawab,’Seandainya mereka melihatMu,
tentulah ibadah mereka menjadi lebih kuat kepadaMu, lebih mengagungkan
kepadaMu, lebih mensucikan kepadaMu’. Allah berkata,’Lalu, apakah yang mereka
minta kepadaKu?’ Mereka menjawab, ’Mereka minta surga kepadaMu’.
Allah bertanya, ’Apakah mereka melihatnya?’ Mereka
menjawab,’Tidak, demi Alah, Wahai Rabb, mereka tidak melihatnya’. Allah
berkata,’Bagaimana seandainya mereka melihatnya?’ Mereka menjawab,’Seandainya
mereka melihatnya, tentulah mereka menjadi lebih semangat dan lebih banyak
meminta serta lebih besar keinginan’.”
Allah berkata: “Lalu, dari apakah mereka minta
perlindungan kepadaKu?” Mereka menjawab,”Mereka minta perlindungan dari neraka
kepadaMu.” Allah bertanya,”Apakah mereka melihatnya?” Mereka menjawab,”Tidak,
demi Allah, wahai Rabb. Mereka tidak melihatnya.” Allah berkata, ”Bagaimana
seandainya mereka melihatnya?” Mereka menjawab,”Seandainya mereka melihatnya,
tentulah mereka menjadi lebih menjauhi dan lebih besar rasa takut (terhadap
neraka).” Allah berkata, ”Aku mempersaksikan kamu, bahwa Aku telah mengampuni
mereka.” Seorang malaikat diantara para malaikat berkata,”Di antara mereka ada
Si Fulan. Dia tidak termasuk mereka (yakni tidak ikut berdzikir, Pent).
Sesungguhnya dia datang hanyalah karena satu keperluan.” Allah berkata,”Mereka
adalah orang-orang yang duduk. Teman duduk mereka tidak akan celaka (dengan
sebab mereka).”
درجة الحديث: صحيح
الراوي: أبو هريرة
المحدث: مسلم في صحيح مسلم - 2689

الراوي: أبو هريرة
المحدث: مسلم في صحيح مسلم - 2689

Langganan:
Postingan (Atom)