KALENDER HIJRIAH

Siapa Cemerlang Pada Permulaan, Cemerlang Pula Pada Kesudahan (Ibn 'Athaillah, Al-Hikam)

Selasa, 03 Oktober 2017

Tugas Resume_Bidayatul Mujtahid_Elan JS



Tanggal Penyerahan Resume : 06 Oktober 2017
Nama                                      : Elan Jaelani Sidiq, S.Pd.I
Utusan                                     : MUI Kec. Tajur Halang
Kelompok                               : 3 (Tiga)
Mata Kuliah                            : Bidayatul Mujtahid
Dosen                                      : DR. (HC) KH. Makmur Jawawi
Jenis Tugas                             : Resume
Tanggal Materi                       : 30 September 2017



Bab Thaharah (Bersuci)

كِتَابُ الْوُضُوءِ إِنَّ الْقَوْلَ الْمُحِيطَ بِأُصُولِ هَذِهِ الْعِبَادَةِ يَنْحَصِرُ فِي خَمْسَةِ أَبْوَابٍ:
الْبَابُ الْأَوَّلُ: فِي الدَّلِيلِ عَلَى وُجُوبِهَا، وَعَلَى مَنْ تَجِبُ، وَمَتَى تَجِبُ.
الثَّانِي: فِي مَعْرِفَةِ أَفْعَالِهَا.
الثَّالِثُ: فِي مَعْرِفَةِ مَا بِهِ تُفْعَلُ وَهُوَ الْمَاءُ.
الرَّابِعُ: فِي مَعْرِفَةِ نَوَاقِضِهَا.
الْخَامِسُ: فِي مَعْرِفَةِ الْأَشْيَاءِ الَّتِي تُفْعَلُ مِنْ أَجْلِهَا.
الْبَابُ الْأَوَّلُ فَأَمَّا الدَّلِيلُ عَلَى وُجُوبِهِا فَالْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَالْإِجْمَاعُ، أَمَّا الْكِتَابُ فَقَوْلُهُ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ} [المائدة: 6] الْآيَةَ.
فَإِنَّهُ اتَّفَقَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى أَنَّ امْتِثَالَ هَذَا الْخِطَابِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مَنْ لَزِمَتْهُ الصَّلَاةُ إِذَا دَخَلَ وَقْتُهَا.
وَأَمَّا السُّنَّةُ فَقَوْلُهُ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ -: «لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةً بِغَيْرِ طَهُورٍ، وَلَا صَدَقَةً مِنْ غُلُولٍ» ، وَقَوْلُهُ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ -: «لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ» . وَهَذَانِ الحَدِيثَانِ ثَابِتَانِ عِنْدَ أَئِمَّةِ النَّقْلِ.
وَأَمَّا الْإِجْمَاعُ فَإِنَّهُ لَمْ يُنْقَلْ عَنْ أَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ فِي ذَلِكَ خِلَافٌ، وَلَوْ كَانَ هُنَاكَ خِلَافٌ لَنُقِلَ، إِذِ الْعَادَاتُ تَقْتَضِي ذَلِكَ.
وَأَمَّا مَنْ تَجِبُ عَلَيْهِ: فَهُوَ الْبَالِغُ الْعَاقِلُ، وَذَلِكَ أَيْضًا ثَابِتٌ بِالسُّنَّةِ وَالْإِجْمَاعِ. أَمَّا السُّنَّةُ: فَقَوْلُهُ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ -: «رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ، فَذَكَرَ الصَّبِيَّ حَتَّى يَحْتَلِمَ، وَالْمَجْنُونَ حَتَّى يُفِيقَ» . وَأَمَّا الْإِجْمَاعُ: فَإِنَّهُ لَمْ يُنْقَلْ فِي ذَلِكَ خِلَافٌ، وَاخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ هَلْ مِنْ شَرْطِ


TERJEMAH

Kajian yang mengandung pembahasan dasar ibadah ini terdiri dari lima bab: Bab I: Dalil wajibnya wudhu, kepada siapa dan kapan wudhu diwajibkan, Bab II: mengetahui perbuatan-perbuatan wudhu, Bab III: Wudhu dilakukan dengan menggunakan air. Bab IV: Rusaknya wudhu, Bab V: Sesuatu yang mengharuskan dilakukannya wudhu.
Bab I : Dalil wajibnya wudhu kepada siapa dan kapan waktu wudhu di wajibkan. Dalil-dalil yang mewajibkan wudhu adalah Al-Qur’an, Al-Hadist, dan Ijma’.
1.     Dalil-dalil Al-Qur’an, yakni firman Allah SWT:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ} [المائدة: 6] الْآيَةَ
yang Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku”. (Al-Maidah ayat 6).
Kaum muslimin sepakat bahwa melaksanakan firman Allah di atas adalah wajib bagi setiap individu yang sudah berkewajiban mendirikan sholat jika waktunya telah tiba.

2.     Hadist.
«لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةً بِغَيْرِ طَهُورٍ، وَلَا صَدَقَةً مِنْ غُلُولٍ» ،
Artinya:
“Allah tidak akan menerima Shalat tanpa bersuci, dan tidak akan menerima shadaqah dari hasil korupsi”.
 وَقَوْلُهُ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ -: «لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ»
Artinya:
“Allah tidak menerima sholat seseorang yang berhadast sampai ia melakukan wudhu”
Menurut ahli riwayat hadist, kedua hadist di atas adalah shahih.

3.     Dasar yang di ambil dari Ijma’.
Bahwa masalah kewajiban wudhu ini, tidak seorang muslim pun yang mempuyai pendapat berbeda. Jika pendapat yang berbeda itu ada, sudah barang tentu akan di sebutkan dalam sebuah riwayat seperti biasanya suatu pendapat.
Orang yang wajib melaksanakan wudhu adalah yang sudah dewasa dan berakal. Masalah ini sudah di tetapkan di dalam Al-Hadist dan Ijma’. Sabda Nabi Muhammad SAW:
فَقَوْلُهُ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ -: «رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ، فَذَكَرَ الصَّبِيَّ حَتَّى يَحْتَلِمَ، وَالْمَجْنُونَ حَتَّى يُفِيقَ»
yang artinya :
Pena terangkat dari tiga golongan. Lalu, Nabi Muhammad SAW, menyebutkan : (1) anak-anak hingga ia dewasa. (2) majnun (gila) hingga ia berakal. (Dalam teks hadist ini tidak di sebutkan anin naim hatta yastaiqizha (dari orang yang tidur hingga ia bangun ).”  
Di katakan sebagai ijma’, karena ternyata tidak ada pendapat yang berbeda, dalam hal ini, para fuqaha’ berbeda pendapat apakah mengenai syarat wudhu?.
Wallahu’alam bi shawab
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar